Minggu, 12 November 2017

Sejarah Perkembangan Sistem Ketatanegaraan Indonesia

      Indonesia, negara dengan penduduk terbanyak ke-5 di dunia tidak dapat dipungkiri tidak lepas dari sejarah yang pernah membuat Indonesia menjadi negara berbentuk Republik seperti saat ini. Dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan, bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Hal itu tidak lepas dari perkembangan sistem ketatanegaraan yang pernah dilewati oleh Indonesia sejak dulu.

     Sejarah perkembangan ketatanegaraan perlu dipelajari, karena dari sejarah itulah kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan ketatanegaraan. Dengan pemahaman dan pengetahuan mengenai sejarah itulah kita mempunyai dasar yang kuat untuk menata sistem ketatanegaraan yang lebih baik, guna kehidupan berbangsa dan bernegara lebih baik di Indonesia ini.

       Secara garis besar sejarah perkembangan ketatanegaraan di Indonesia dapat dibagi menjadi empat periode:

1) Periode 17 Agustus 1945 - 27 Desember 1949

2) Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950

3) Periode 17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959

4) Periode 05 Juli 1959 – sampai sekarang

  1. Periode 17 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
       Pada awal terbentuknya negara Indonesia, konstitusi/UUD yang berlaku adalah UUD 1945 yang ditetapkan dan disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Menurut UUD 1945, yang berdaulat itu adalah rakyat dan dilakukan oleh MPR, sebagaimana yang ditentukan Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945. Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dibantu wakil presiden dan menteri-menterinya. 

   Serta menurut UUD 1945, disamping MPR, Presiden dan DPR yang menyelenggarakan pemerintahan juga terdapat lembaga-lembaga negara, yakni Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), DPA dan MA.

       Perubahan dalam praktek ketatanegaraan

      Disadari oleh anggota PPKI, bahwa untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana yang ditentukan oleh UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sekaligus dalam waktu sesingkat-sesingkatnya. Oleh karena itu diperlukan masa-masa peralihan, maka Ir. Soekarno membuka sidang untuk membahas hal ini. Dari sidang tersebut, mereka menetapkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta sebagai presiden dan wakil presiden RI secara aklamasi atas usul Otto Iskandardinata. 

      Serta untuk pertama kali dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dipilih dan ditunjuk berjumlah 135 orang. Kabinet pertama bila dilihat dari pertanggungjawabannya para menterinya bertanggungjawab pada presiden. Kabinetnya adalah kabinet presidentiil, sebagaimana yang diinginkan oleh UUD 1945. Kemudian, tidak lebih dari satu setengah bulan berlakunya UUD 1945 terjadilah perubahan ketatanegaraan dengan keluarnya Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945. 

     Dengan keluarnya maklumat itu, kekuasaan KNIP yang semula menjadi pembantu presiden (Pasal 4 Aturan Peralihan) berubah menjadi MPR dan DPR sekaligus, tanpa melalui perubahan sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 37 UUD 1945.

      Dasar Hukum

    Maka timbul pertanyaan, apa dasar hukum dari perubahan tersebut? Para ahli HTN berbeda pendapat. Ada yang menyebutkan dasar hukumnya adalah konvensi dan ada pula memberikan dasar hukum dengan alasan bahwa maklumat tersebut kekuasaannya sama dengan undang-undang. (Joeniarto, 1982 : 55)

      2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950

      Dengan direbutnya wilayah Indonesia oleh Jepang dengan berat hati Belanda terpaksa keluar dari bumi Indonesia. Hal ini tidak disukainya, karena Belanda pada saat itu telah merasakan mendapatkan keuntungan yang banyak dari Indonesia. Selanjutnya, dengan kalahnya Jepang dari Pihak sekutu, Jepang terpaksa menyerahkan wilayah jajahannya. Kesempatan ini digunakan Belanda untuk merebut kembali bekas wilayah jajahannya, Sementara dipihak lain Indoensia sudah bertekad untuk mempertahankan kemerdekannya dengan segala daya dan upaya. 

      Melihat tekad bangsa Indonesia itu, maka Belanda berfikir bahwa tidak mungkin lagi mendirikan negara Hindia Belanda seperti dulu. Oleh karena itu, usaha yang dilakukan Belanda adalah memecah belah Bangsa Indonesia dan membentuk negara-negara/daerah-daerah kecil yang bersifat kedaerahan. Upaya disebut dilakukan untuk mengurangi kedaulatan negara Indonesia. 

      Selanjutnya oleh bangsa Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaan dengan bentuk negara kesatuan bertekad mempertahankannya dengan segala kekurangan dan situasi yang tidak menguntungkan menerima ajakan Belanda itu, sehingga terbentuklah negara Indonesia Timur, Madura, Sumatera Selatan, Pasundan, dan lain-lain.

      Puncak dari segala perselisihan yang di sutradarai oleh Belanda itu ialah Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diikuti oleh Indonesia, B.F.O (Byeen Komst voor Federal Overleg) dan Nederland yang menghasilkan bahwa Indonesia adalah negara Serikat, Penyerahan Kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS), Serta didirikan uni antara RIS dengan Kerajaan Belanda. 

      Sistem Pemerintahan Negara Menurut KRIS 1949

    Menurut Pasal 1 Ayat 2 KRIS 1949 “Kekuasaan kedaulatan Frase Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat.” Ketiga lembaga ini memegang kedaulatan untuk membentuk undang-undang mengenai negara-negara bagian ini. Selanjutnya, pemerintah menurut KRIS adalah presiden dan seseorang atau beberapa menteri. Didalam penyelenggaraan pemerintahan negara, presiden tidak dapat diganggu gugat. Yang bertanggung jawab untuk kebijaksanaan pemerintahan adalah di tangan menteri-menteri.

     Dilihat dari segi tanggung jawab menteri-menteri diatas dapat disimpulkan bahwa KRIS menganut system pemerintahan Parlementer, yakni menteri-meteri baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).

      Dalam prakteknya, KRIS belum berjalan efektif, karena lembaga-lembaga negara belum dibentuk sesuai dengan konstitusi, seperti DPR dipilih melalui pemilu berdasarkan pasal 111 KRIS 1949.

      3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

      Sistem Kenegaraan berdasarkan KRIS 1949 tidak berumur panjang, dikarenakan isi konstitusi itu sendiri tidak mengakar dari kehendak rakyat dan bukan pula keputusan politik dari rakyat sendiri. Dikarenakan banyaknya negara bagian yang mulai menyatukan diri, Keadaan tersebut jelas akan mengurangi kewibawaan pemerintahan negara serikat. 

     Maka dari itu, untuk mengatasi keadaan demikian diadakanlah musyawarah antara Pemerintah Indonesia Serikat dengan Pemerintah Negara Republik Indonesia. Dalam kesepakatan itu mencapai suatu kesepakatan bahwa negara kesatuan sebagai jelmaan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Proklamasi17 Agustus 1945 dan untuk itu memberlakukan UUD Sementara.

      Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUDS 1950

  Pemerintahan negara menurut UUDS 1950 adalah system parlementer. Eksekutif dipertanggungjawabkan oleh menteri-menteri baik secara bersama maupun sendiri. Kepala negara sebagai pucuk pimpinan pemerintahan tidak dapat diganggu gugat. Sebagai imbangannya dari pertanggung jawaban menteri-menteri, kepada DPR apabila pemerintah berpendapat, bahwa DPR tidak lagi representatif, maka presiden berhak membubarkan DPR. 

      4. Periode 5 Juli 1959 Sampai Keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966

   Semenjak terbentuknya negara kesatuan yang diatur dalam UUDS 1950 dengan system pemerintahan parlementer yang terkenal pula dengan zaman pemerintahan partai-partai. Dibicarakan pula tentang pemilihan umum (pemilu) berdasarkan UU No. 7 Tahun 1953 tentang pemilihan anggota konstituante dan anggota DPR. Berdasarkan UU diatas, maka dibentuklah anggota konstituante yang bertujuan untuk menetapkan UUD Republik Indonesia yang akan menggantikan UUD ini.

    Akan tetapi, setelah bersidang kurang dari 2,4 tahun ternyata badan konstituante belum dapat menghasilkan suatu rancangan UUD sebagaimana ditentukan oleh Pasal 134 UUDS 1950. Maka dari itu, keluarlah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisikan Pembubaran Badan Konstituante hasil Pemilu 1955 dan Penggantian undang-undang dasar dari UUD Sementara 1950 ke UUD 1945, serta pembubaran MPRS. 

      Namun, walaupun semenjak Dekrit 5 Juli 1959 dinyatakan kembali, ternyata belum memperoleh pelaksanaan menurut jiwa dan bunyi ketentuan-ketentuan seperti dalam UUD 1945. Demikian pula lembaga-lembaga negara dibentuk hanya bersifat sementara. Puncak dari penyimpangan-penyimpangan itu adalah meletusnya G 30 S PKI yang anti Pancasila.

     Selanjutnya dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan kita lahirlah Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) yang berbunyi :

I. Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekuen UUD 1945.

II. Pembubaran PKI.

III. Penurunan harga barang.


     Surat Perintah 11 Maret 1966

      Dikeluarkannya Surat Pemerintah 11 Maret 1966 kepada Letjen Soeharto Menteri/Panglima Angkatan Darat pada tanggal 11 Maret 1966. Tindak lanjut dari Supersemar ini ialah pada tanggal 12 Maret 1966 melalui Keputusan No. 1/3/1966 dibubarkanlah PKI termasuk bagian-bagian organisasinya dari tingkat pusat sampai ke daerah-daerah beserta semua organisasi yang seasas/berlindung/bernaung dibawahnya.


      Kesimpulan

Setelah melalui fase-fase diatas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia telah mengalami sejarah mengenai perkembangan ketatanegaraan yang cukup panjang yang diawali dengan berlakunya Umdamg-Undang Dasar 1945, Konstitusi RIS, Undang-Undang Dasar Sementara 1950, hingga kembali lagi ke UUD 1945. Kita perlu memahami serta mengetahui sejarah perkembangan ketatanegaraan ini agar kita dapat mengetahui serta mengambil negatif dan positif dari perubahan-perubahan ini untuk ketatanegaraan Indonesia yang lebih baik kedepannya.

    Sumber : 

Radjab, Dasril. 1994. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta : PT RINEKA CIPTA



Rizki Amaliah

020112811621222

Hukum Konstitusi kelas A

Minggu, 06 November 2016

My long term journey

Assalammu'alaykum^^


Hallooo semuanya, anneyonghasseyo! xD. Melihat post an ku sebelumnya, sepertinya (lagi) blog ini benar-benar berdebu dan usang lagi. Maaf lama ga nongol, post an terakhir tentang RU 06 yaa, yang menandakan pada saat itu awal menjadi siswi kelas 3 yang penuh dengan masalah  (yaelah ngga ding, karena udah kelas 3 kan artinya apaa?? FOKUS mengejar PTN khan pastinyaa).

Oh iya, aku lupa kasih tau. Alhamdulillah, sekarang aku telah diterima sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, setelah melalui proses yang panjang, dimulai dari belajar itu dan ini, tes, daftar ulang, sampai ke ospek. Sekarang sudah bisa dikatakan sebagai mahasiswi :'') (bilang aja ki udah tua).___.

Oke, jujur aja. Selama SMA, aku merupakan siswa yang tidak terlalu pintar, namun terlalu hina untuk dikatakan bodoh *sokbanget, ini beneran. Tapi Alhamdulillah dari kelas 1-3 SMA aku ngga pernah hengkang dari 10 besar (ranking 7/8/9 aja bangga-___-). Jadi, bisa dikatakan aku siswa yang standar ya, ga terlalu oon tapi juga ga terlalu pinter (bahasa halusnya sih sedang-sedang saja).

Menjelang kelas 3 SMA, disitu emang benar-benar merupakan puncak dari segala hal. Dimulai dari UN, ujian praktek, tugas bertumpuk, dan satu lagi yang merupakan beban pikiran : Mau kemana sih aku  udah SMA?. Sebenarnya, menjelang kelas 3, aku telah memikiran bagaimana dan kemana arah hidupku kedepan (seriously, waktu itu bener-bener bingung mau kemana). Waktu itu, pilihan-pilihan ku ialah :

1. Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

Ya, pilihan pertama ku ialah FIB UI. Because of why? menurutku, aku suka novel, cerpen, puisi, dan all about literature. Jurusan ini aku rasa cocok banget sama minat aku. Bahkan, aku pernah iseng-iseng ikut Try Out yang diadakan oleh salah satu keluarga mahasiswa universitas yang asalnya dari Palembang. Trus? Aku lulus Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada HUAHAHAHA*ketawalebay*. Lucu aja sih, padahal waktu TO aku iseng pilih jurusan itu. Dan juga ga niat buat TO karena mau nemenin temen yang ngebet banget masuk UGM (ngelirik Inggit).

Namun, pilihan ini gugur karena izin dari orang tua. Ridho Allah kan ridho orang tua yaa. Alasan ortu nolak soalnya ortu sendiri, terkhusus ibu, agak kurang dengan prospek kerja jurusan ini. Katanya, kenapa ngga masuk keguruan bahasa Indonesia aja? Itukan belajar sastra pure loh ngga belajar keguruan juga, entar mau jadi apa? (ibuku guru Bahasa Indonesia jadi waktu itu aku manggut-manggut aja, setelah itu aku tau bahwa jurusan ngga 100% mempengaruhi untuk bekerja, mempengaruhi emang, tapi engga 100%) dan juga, terkadang stereotype masih mengakar kuat dalam diri orangtua kita, apalagi mendengar jurusan yang asing di telinga mereka.

2. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pengetahuan Budaya dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia.

Okay lanjut ke pilihan selanjutnya, Pilihanku jatuh pada pend. bahasa dan sastra Indonesia UPI. Ga jauh lagi ya dari bahasa. Kenapa UPI? Karena, aku tau disana ada pondok pesantren Daarut Tauhiid nya Aa' Gym. Rencanaku waktu itu, aku selain kuliah mau nyantri disana. Tapi, apa boleh dikata. Pilihan yang kali ini kena kendala yang sama lagi, yaitu izin dari ortu, Khususnya ibu. "Kenapa ga di Unsri aja? Jauh-jauh ke Bandung ambil jurusan Keguruan, kan di Unsri ada". Karena ga diizinin (lagi), akupun menghapus pilihan ini dari "Daftar Rencana Jurusan PTN 2016" ku


3. Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.

Ki kenapa UI lagi nih pilihannya?. Jujur, dari awal aku emang udah jatuh cinta sama UI. Jatuh cinta gabutuh alasan kan? hehe. Salah satu alasan aku jatuh cinta ialah UI punya perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara. Aku suka (banget) baca buku (tapi yang jenis tertentu aja yaa wkwk). Aku berencana kalo aku kuliah di UI entar, aku HARUS setiap hari pergi ke perpusat nya. Serta, setelah browsing dan mencari-cari, UI lah yang merupakan Fakultas Psikologi tertua dan bisa dikatakan terbaik di Indonesia. Alhamdulillah, orang tua mendukung dengan pilihan jurusanku kali ini.


Yang jadi pertanyaan : Kok ngga ada FH Unsri ya diatas? Memang, rencana Allah selalu yang terbaik. Whuits, cerita ini belum selesai. Masih panjang kokk.


Menentukan pilihan, sudah. Sekarang, aku harus berjuang. Karena aku tau pada saat itu targetku amatlah tinggi, yaitu UI, Aku harus belajar mati-matian untuk mendapatkannya. Aku ingat pada saat itu, teman seperjuanganku ialah Sisca dan Inggit. Sisca sekarang udah di FH UI, dan Inggit di FE Unsri jurusan Akuntansi. Siklus hidup kami pada saat itu ialah Nurul Fikri/ NF (Bimbel yang aku ikuti untuk tes) - Rumah - Sekolah, dan terus berputar pada lingkaran itu. Disaat libur UN dan teman-teman lain sudah pergi berlibur, Siklus hidup kami hanya berkutat pada NF dan Rumah.

Jujur, aku ngga terlalu berorientasi pada UN. Karena di tahun 2016, UN bukanlah penentu kelulusan, namun kelulusan ditentukan oleh sekolah. Tapi, aku ga meremehkan UN lho. Kira-kira pada saat itu H-30 hari aku mempersiapkan UN.

UN telah selesai, sekarang gencar-gencarnya SNMPTN alias Undangan. Siapa sih yang gamau masuk PTN impiannya dengan jalan yang mulus, dan kita dikasih alas kaki untuk berjalan? (aku inget banget, ini kata salah satu seniorku yang sekarang sudah di UGM). Itulah pengibaratan SNMPTN. Dan uniknya, di tahun 2016, kuota SNMPTN DIBATASI. Ya, dibatasi. Hanya 75% siswa disekolah yang telah diurutkan oleh website pusat berdasarkan nilai rapornya yang berhak melewati seleksi ini. Jujur, sempat cemas, kalo aku ga termasuk dari 75% itu. Namun, Alhamdulillah, Allah berbaik hati untuk memperbolehkanku melewati jalur undangan ini. Pada saat itu, pilihanku pada jalur ini ialah:


  1. Ilmu Psikologi, Universitas Indonesia.
  2. Kriminologi, Universitas Indonesia.

Kalo kalian liat, pilihanku emang ketinggian banget kan, hehe. Dari awal, aku sudah tidak terlalu berharap pada jalur yang dinamakan jalur undangan ini. Nilai ku tidak terlalu tinggi, serta sertifikat atau piagam ku juga tidak ada yang berskala nasional. Intinya, aku udah pesimis sih pada jalur ini. Dan tibalah hari pengumuman. JENG JENG JENG...



Bisa dilihat? aku dapet tanda MERAH pada pengumuman kali ini. Tapi aku ga terlalu sedih sih, karena aku udah tau kalo aku ga lulus di jalur ini, bahkan pas liat pengumumannya ekspresiku ketawa kecil gitu, soalnya tebakan ku bener hehe. Aku inget di jalur ini temen-temen aku yang dari IPA banyak lulus di IPB (Institut Pertanian Bogor), kayak si Rahma yang dapet Ilmu Gizi, Putri Ekonomi Syariah, dan masih banyak lagi. Kalo dari IPS, banyak keterima di Universitas Brawjaya, Malang.

Gagal di SNMPTN tidak membuatku patah semangat, malah semakin membakar semangatku untuk berjuang di jalur tulis. Bersama kedua temanku tadi (ceritanya sama-sama ga lulus undangan karena pilihan yang ketinggian), kami lebih gencar melahap soal, mengejar guru untuk konsultasi masalah soal yang tidak kami mengerti, ataupun belajar bareng dari pagi sampe sore bahkan sampai adzan isya berkumandang di bimbel, yang ketika di rumah dilanjutkan kembali belajarnya hingga jam 11 malam. Namun jujur, aku SANGAT menikmati proses ini. Proses yang dimana aku harus berjuang untuk suatu masa depan yang aku inginkan, proses dimana mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih banyak dari sebelumnya, serta proses dimana menyadari bahwa tidaklah mudah mendapatkan hal yang kita rasa pada saat itu amatlah sepele, tapi penuh lika-liku untuk mendapatkannya.

Hari yang ditunggu pun tiba : Tes SBMPTN. Sebenernya, selain SBMPTN dan Simak UI, banyak jalur lain pada waktu itu yaitu PMDK Politeknik Negeri Sriwijaya (sejenis jalur undangan untuk masuk politeknik yang ada di kota Palembang), ataupun tes STAN, namun, pada saat itu aku tidak berminat untuk masuk kedua institusi tersebut, karena di Polsri (Politeknik Negeri Sriwijaya) itu tidak ada jurusan yang aku minati, sedangkan aku sangat anti sama hitung-hitungan, itulah mengapa aku ngga ikut tes STAN pada saat itu (sok banget dah elu ki). Pilihan pada saat SBMPTN ialah :
  1. Kriminologi, Universitas Indonesia 
  2. Ilmu Psikologi, Universitas Diponegoro 
  3. Ilmu Hukum, Universitas Sriwijaya 

Kenapa ga pilih psikologi di jalur ini? karena, setelah terus menerus ikut Try Out di bimbel, skor ku tidak pernah mencapai psikologi UI, jadi mengapa aku pilih Kriminologi UI dan memilih Psikologi Undip (Pertimbangan dan saran dari bimbel juga). Nah, kenapa bisa ada Hukum Unsri di pilihan itu? pada saat itu aku benar-benar ingat, aku ingin mengisi daftar pilihan di form online website SBMPTN (Tahun ini pilihannya ga diisi di LJK, tapi diisi di website), dan aku bingung mau ngisi apa di pilihan ketiga. Dan selintas di benakku terpikir : Jurusan apa di Unsri yang cocok dengan diriku? Hukum kah? dan aku bertanya kepada 3 orang temanku via line, aku ingat sekali, mereka ialah Indika Putri (sekarang sudah di Ekonomi Pembangunan Unsri), Dian Ayu (Hubungan Internasional Unsri), dan Angger Haryono (Manajemen Unibraw), setelah menyimpulkan, jawaban mereka SAMA. Ya, aku cocok di jurusan hukum.

"Kamu cocok ki masuk hukum, karena jujur ya, kamu itu tipikal orang yang keras kepala, suka mendebat orang lain, dan kamu ga mau kalah orangnya"- Dian Ayu.

Dan juga Alhamdulillah, orang tua sangaaatttt mendukung kalo aku milih jurusan hukum ini. Karena, ayahku sendiri merupakan lulusan dari fakultas hukum yang mana ia sudah tau sendiri bagaimana seluk-beluknya dunia hukum.

Dalam semalam, bayangkan dalam SEMALAM aku berpikir mengenai masa depan ku ini. Aku terus berpikir. Benar juga ya, jawaban mereka. Sepanjang malam itu aku berpikir, setelah beristikharah kepada Allah, dan seusai subuh pun kubuka website SBMPTN dan memantapkan ketiga pilihan itu.

****

Dan, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari pelaksanaan tes tertulis SBMPTN. Jujur, aku sangat nervous dan rasanya campur aduk. Mulai dari takut, gugup, karena tes ini ialah tes tertulis pertamaku. Waktu itu aku dapet lokasi ujian di salah satu SMP, dan bareng sama si Inggit juga. Setelah mengecek ruangan dihari sebelumnya (ngecekin juga mejanya bagus ato engga, kelasnya, dan sebagainya), tak lupa juga bawa kartu ujian, alat tulis, dan berbagai perlengkapan lainnya, akupun pergi ke medan perang, dengan dukungan dan ribuan semangat dari para orang-orang dirumah, bahkan ibu bilang "setiap ngebuletin LJK pake bismillah nak, shalawat sama nabi juga, biar jawabannya berkah".

Karena tes soshum itu mulainya sekitar jam 10an, aku nungguin jam 10 itu awalnya dengan buka buku rangkuman materi. Berhubung nervous nya udah bener-bener max, jadi kututup tuh buku rangkuman dengan selfie ria bersama teman-teman pake efek aplikasi kamera (ngusir nervous, alay juga sih wkwk).

Memasuki lokasi ujian, nervous itu semakin menjadi. Untungnya, aku kebagian tempat duduk dibawah kipas, jadi ga terlalu panas gitu. Kubuka soal ujian. Unfortunatelly, soal TKPA tahun ini bener-bener diluar ekspektasi (anak-anak SBMPTN 2016 pasti tau rasanya hehe). Namun untungnya (menurutku ini yaa), soal soshum nya relatif mudah, dan rata-rata aku bisa ngerjain soal soshumnya.

Oh iya, aku melupakan satu detail kisah dari SBMPTN ku tahun ini. Seusai ujian dan kertasnya dikumpulin ke pengawas, namaku dipanggil. And YOU KNOW WHAT? RUPANYA AKU SALAH TULIS NOMOR UJIAN, AKU NULIS NOMOR UJIAN ORANG YANG DUDUK DIDEPAN KU (rupanya dia anak SMA 6 juga, cowok), dan akupun disuruh ngebenerin nomor ujian yang salah. Jujur, SAMPE SEKARANG aku ga lupa sama wajah kedua orang pengawas itu. Kalo ketemu dilain kesempatan rasanya pengen terimakasiiihh yang sebanyak-banyaknya, karena kalo mereka ga teliti waktu itu, bisa jadi aku ngga kuliah tahun ini :""). Seusai tes, aku menyadari. Pernah aku mendengar bahwa gugup itu bisa menutupi 60% kemampuan kita sebenarnya (kalo ga salah gitu), dan itu bener. Emang bener, buktinya telah kurasakan sendiri.

Tak berhenti di SBMPTN, selanjutnya Simak UI. Ya, ini ujian mandiri yang diadakan oleh UI khusus untuk UI itu sendiri. saking kepinginnya masuk UI, aku sampe milih 6 jurusan sekaligus. Dan mereka ialah :
  1. Ilmu Psikologi Reguler 
  2. Kriminologi Reguler 
  3. Ilmu Hukum Reguler 
  4. Ilmu Psikologi Paralel 
  5. Ilmu Hukum Paralel 
  6. Vokasi Administrasi Perkantoran dan Sekretari 

Niat banget kan? wkwkw. Dan selang beberapa hari perang pertama (read: SBMPTN), perang kedua pun dimulai. Kebetulan, lokasi ujian Simak ga jauh dari rumah, jadi dianter oleh adik. Sama seperti SBMPTN, akupun berangkat ke medan perang dengan ribuan semangat oleh keluarga tercinta. Kalo dari soal sih, ga terlalu diluar ekspektasi baik dari TKD maupun soshumnya, jadi aku enjoy aja sama tes yang kali ini, karena udah ngelewatin tes pertama jadi udah tau bagaimana atmosfer "tes" ujian PTN yang sebenarnya. Seusai perang, akupun menepati janjiku kepada adik tercinta traktir mi ayam karena sudah rela mengantar kakaknya tercinta ini ke medan perang.

Dua ujian sudah kulalui, saatnya menunggu hasil. Menurutku, emang di PHP in itu sangat sakit ya, apalagi inilah yang menentukan masa depan kita. Jadi, menunggu dirumah kuhabiskan dengan menonton puluhan kaset drama korea, baca novel, membantu ortu dirumah, ataupun menghabiskan waktu bersama teman-teman yang senasib di gantungin oleh pengumuman.


****

Tibalah hari pengumuman. Kau tahu? tidak hanya aku, pada saat itu seluruh pejuang SBMPTN dilanda galau gulana. Aku sengaja ngga buka hp, tapi ujung-ujungnya dibuka juga karena penasaran. Aku sudah berencana untuk tidur siang sudah dzuhur, tapi tetep gabisa. Detik-detik menuju jam 3, kubuka websitenya, WEBSITE PENUH guys, banyak orang yang buka websitenya, bukan hanya aku hehe. Aku buka aplikasi line. Disana, ada grup pejuang SBMPTN yang mana isinya temen-temen satu bimbel bersama para tentor. Disana, aku liat notifikasinya udah banyak. "Selamat, Dona diterima di akuntansi Unsri" kata salah satu tentor NF. Wah, Dona diterima di Unsri nih, pikirku. Tidak lama setelah itu....

"Selamat Rizki Amaliah, Ilmu Hukum Unsri", kata Kak Eko, pengajar Geografi di NF.

"SERIUS KAK? DEMIAPOO (Demi apa maksudnya,Palembangnese hehe), AKU BELUM BUKA KAAAKK" (ini emang bener-bener pake capslock, saking terkejutnya)
"Iya beneran kok, yang kalian udah kakak lacak satu-satu, kebetulan kakak lagi diluar negeri"

Ya, aku benar-benar terkejut saat itu. Tidak lama dari pengumuman mendadak itu, salah satu teman seperjuangan, Jilan, mengirimkan pesan:

"Ki, liat di website mirror Unsri bae. Insyaallah dak penuh kok servernyo"

Sesuai dengan saran Jilan, yang menyuruh untuk membuka website mirror dari Unsri, dan ternyata memang benar :

Alhamdulillah, akhirnya aku dapet ucapan "selamat" juga. Tapi, liat pengumuman ini, aku nangis (malu sebenernya buat ngakuin), bukan nangis terharu, tapi nangis kenapa aku ngga keterima di pilihan satu atau kedua? emang bener-bener kufur nikmat ya aku waktu itu :""). Saking ga percayanya, menjelang sore, kubuka website resmi SBMPTN, dan ternyata masih sama :



Berbeda reaksi, orangtua ku malah sangaaattt senang, salah satu alasanku untuk tidak memperpanjang kesedihan ialah mereka. Ya, melihat reaksi mereka yang amat sangat senang, kesedihanku tidak kuperpanjang lagi. Satu lagi pengharapanku : Simak UI. 

Oh iya, teman seperjuanganku, Inggit, lulus di Akuntansi Unsri. Sisca? Memang rencana Allah itu yang terbaik, skenario Allah selalu tidak pernah terduga oleh umatnya. Sisca tidak lulus SBMPTN, tapi Allah memberikan rencana yang terbaik untuknya, Allah mengizinkannya kuliah di UI, hanya berbeda jalur, yaitu Simak UI.


****

Tiba lah hari yang ditunggu-tunggu. Hari pengumuman Simak UI. You know? Pengumuman Simak UI dimajukan. Awalnya tanggal 5 Juni menjadi tanggal 4 Juni (kalo gasalah, udah lupa soalnya, dimajuin satu hari deh intinya), masih dengan perasaan yang sama seperti pengumuman SBMPTN kemarin, campur aduk, nervous dan takut pastinya, kubuka website pengumuman Simak dengan lancar, ga pake server penuh, aku bener-bener inget yang kudapat ialah tulisan :

Maaf, anda tidak dinyatakan lulus seleksi kali ini. 


Masih dengan reaksi yang sama ketika pengumuman SBMPTN, Ya, aku nangis (malu banget, cengeng bener elu Ki), Bahkan, 2 atau 3 hari aku nangis ga berenti, sampe-sampe orangtua udah nyerah untuk menghibur. Itu ialah titik dimana aku jatuh sedalam-dalamnya, namun ada satu yang membuat aku bangkit, yaitu orangtua. Ya, orangtua sangat senang aku diterima di Fakultas Hukum, setelah masa kesedihan berakhir, mereka ngobrol denganku perihal selanjutnya apakah akan kuambil atau tidak jurusan ini, aku berpikir untuk ambil saja, karena aku tidak mau jadi pengangguran untuk satu tahun ini. Dan, apa reaksi mereka? mereka sangat senang, bahkan mereka telah menyiapkan rencana-rencana indah mereka, seperti:

"Entar Kiki jadi notaris aja, ambil magister kenotariatan. Kan cocok banget tuh, bisa kerjanya dirumah" atau

"Gapapa S1 nya di Unsri dulu. Entar S2 nya ambil di UI deh, entar ayah sm ibu yang biayain, kan umur Kiki relatif masih muda kan (aku satu tahun sekolah lebih cepat)", dengan senang dan antusiasnya mereka menyiapkan rencana-rencana indah mereka apabila aku kuliah di jurusan hukum ini.

Ya, itulah alasan terbesar kenapa aku bisa berada disini sekarang, karena mereka. Mereka yang mensupport dan sangat mendukungku selama ini. Mereka membuatku memberanikan diri untuk belajar di jurusan ini, ditempat ini. Mereka menjadi penyemangatku ketika aku berpikir "Ya Allah, aku ngga mau lho kuliah disini, jiwaku masih di Depok, bukan disini".

Padahal, aku melupakan essensialia dari Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 216 "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".

Serta satu hal yang dapat kudapat, yaitu MENERIMA. Menerima takdir dengan lapang dada, menerima hal yang tidak kita sukai serta berusaha untuk mencintai hal itu. Benar kata Bung Tere Liye, Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus dimengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Sekarang, aku mengerti betapa magisnya arti dari dua buah kata, yaitu MENERIMA dan berusaha untuk MENCINTAI. Mencintai disini bukan hanya didefinisikan sebagai mencintai lawan jenis, namun mencintai sesuatu tidak memandang kita suka atau tidak, melainkan keikhlasan kita untuk berusaha mencintai hal itu.

Oh iya, aku punya quotes. Dapet dari instagram sih, mungkin bagi sebagian orang, quotes ini sudah biasa. Namun, kutemukan quotes ini ketika pada masa-masanya aku jatuh pada pengumuman Simak UI. Ini quotesnya :



Percayalah, Allah pasti punya rencana indah dibalik semua ini. Memang, Allah tidak mengabulkan mimpiku kali ini. Namun aku percaya, pasti Allah telah merencanakan yang indah untukku disini, di Fakultas Hukum.


Palembang, 06 November 2016. 15:39 WIB

Ketika sore menyelimuti kota Pempek, and i'm still in here.

- Rizki Amaliah

Sabtu, 05 November 2016

Sometimes

Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Bukan, bukan karena aku galau sehingga aku harus menulis ini. Menurutku, ini adalah suatu babak baru bagiku untuk membuka lembar yang baru juga.

Entah, aku tak ingin dibilang orang yang kalah sebelum berperang. Belum perang, kok malah nyerah duluan? Aku mendapatkan fakta baru, itu adalah : AKU SUDAH KELAS 3 SMA. Bayangkan, anak kecil yang dulu ingusan dan selalu loncat-loncat girang saat menonton kartun dora the explorer ini sudah kelas 3 SMA.

Terkadang, apabila aku takut, aku akan berpikir pesimis dan mundur. Sekarang, didepanku seolah ada roller coaster yang penuh dengan tukikan tajam dan sayangnya, aku terlalu takut untuk mencobanya, melihatnya pun tak sanggup.

Terkadang, aku melihat orang-orang yang telah menaiki roller coaster itu dan bertanya kepada mereka : bagaimanakah rasanya? Tentu saja, jawaban mereka berbeda. Namun, aku bisa menangkap satu hal yang sama dari jawaban mereka, ialah : PROSES. Proses dimana menahan ketakutan untuk merasakan hal yang tidak pernah kita rasakan sebelumnya. Proses ketika kita BERANI untuk menelan ketakutan itu menjadi sebuah semangat yang kekuatannya melebihi ketakutan itu.

Aku tahu, aku tak boleh menyerah. Aku harus menerima dan menjalani proses ini. Tentu saja, proses ini tak berjalan mulus. Ibarat jalan dengan penuh bebatuan tajam, dan kita tidak memakai sandal untuk melewati jalan itu. Dan ketika aku sudah menaiki roller coaster kehidupan ini, aku tahu dan akan kuceritakan ke semua orang bagaimana proses ini, proses dimana timbul sebuah pendewasaan diri dan mengetahui apa makna dari sebuah kata yang dinamakan PERJUANGAN.

Sebenarnya, tulisan ini dibuat Agustus 2015. Ya, tulisan ini sudah terlalu lama mendekam di draft. Awalnya, bingung tentang apa tulisan ini. Ternyata, inilah tulisan yang mengawali fase perjuangan saya sebagai siswi kelas 3 SMA yang pada saat itu yang terlalu takut untuk berjuang, namun setelah memberanikan diri dan terus berjuang hingga tibalah saya sebagai mahasiswi yang membaca tulisan saya ketika masa galaunya saya sebagai siswi kelas 3 SMA. 

Palembang, 06 November 2016, 08:47 WIB, Minggu pagi ketika semua aktivitas dibekukan, dan pagi menyambut dengan ceria di langit kota Pempek

- Rizki Amaliah


Minggu, 05 Juli 2015

Terimakasih.

Waktu berlalu bagaikan selongsong peluru mendesing keluar dari sang pistol. Tak terasa, satu tahun telah berlalu. Ayolah satu tahun? Terkadang bagi sebagian orang waktu itu sangatlah lambat, bahkan merangkak bagaikan penyu. Tak sabar ingin cepatnya waktu berlalu. Memang mungkin itulah hakikat manusia, yang ketika berat ia rasakan, ia ingin cepat waktu berlalu. Malah ketika waktu telah berlalu, ia menyesal mengapa waktu rela untuk cepat berlalu.

1 tahun telah ku rasakan semuanya. Sedih, haru, gembira, bahagia, bahkan tak jarang isak tangis. Semuanya bercampur menjadi satu. Namun satu hal yang paling selalu ku ingat ialah pengalaman ku saat berada disini. Pengalaman yang sama sekali tak bisa dibeli walau dengan sekarung emas sekalipun. Di zona yang sama sekali tidak ku sangka, di zona yang akan selalu ku ingat hingga akan kuceritakan kepada anak-anakku nanti betapa seru nya aku berada disini. Aku belajar mengenai ini, itu, bahkan hal yang tidak aku ketahui sama sekali. Kenapa terjadi ini? Kenapa terjadi itu? akhirnya aku tahu. 

Disini, aku juga merasakan bagaimana mempelajari karakter seseorang, mengenai sikap yang harus kutunjukkan apabila menghadapi suatu situasi, memisahkan antara masalah pribadi dan organisasi, membantu teman yang sedang kesulitan, bahkan merekap absen, memimpin para staf (yang kurasa jauh dari kata "baik" karena ku tahu aku merupakan pribadi yang kurang tegas), dan banyak pelajaran lain yang telah aku pelajari.

Ah, tidak dapat dideskripsikan walaupun tidak ada batas maksimal kata yang harus kutulis. Biar, orang bilang bahwa aku hiperbola. Melebih-lebihkan. Namun, memang begini adanya, Kalau tak percaya, tanyakan kepada temanku yang berada di zona yang sama denganku ini, pasti mereka juga berkata hal yang sama

Sekarang, tinggal menghitung hari, aku akan meninggalkan zona yang menurutku sangat sayang untuk dilupakan. Selalu indah untuk dikenang. Bahkan mengingatnya pun senyum simpul yang tergurat diwajahku. Mengingat begitu banyak hal yang telah aku peroleh disini. 

Tenang saja, ini bukan tulisan kegalauan. Ini ialah tulisan yang mengungkapkan betapa aku menyayangi zona ini, yang bahkan berat rasanya untuk meninggalkannya. Namun, akhirnya aku sadar, tak ada yang abadi kecuali sang pencipta, batu pun akan terkikis apabila terus ditetesi air hujan, Raja siang pun akan pergi apabila shift tugasnya akan berakhir. 

Aku tidak akan mengatakan "selamat tinggal". Karena menurutku kata "selamat tinggal" itu begitu menyakitkan, yang berarti bahwa kita tidak akan bertemu dengannya lagi. Malah aku akan mengucapkan Terimakasih. Terimakasih atas semuanya. Terimakasih atas seluruh pengalaman yang seumur hidup akan kukenang ini. Terimakasih Rohis Ukhuwah SMA Negeri 6 Palembang, Terimakasih Departemen Pendidikan dan Dakwah, Terimakasih, terimakasih, terimakasih, dan sekali lagi terimakasih. Hey, aku tidak terlalu cepat mengucapkan terimakasih kan?


Ramadhan #19, Senin, 06 Juli 2015, 11:26 AM
Rizki Amaliah

Minggu, 08 Februari 2015

No Title #4

      Terkadang, melihat kehidupan orang itu sangatlah bahagia bila membandingkannya dengan kehidupan kita. Terkadang, kita justru sedih melihat kehidupan kita sendiri. Entah kenapa, disaat semua orang TIDAK ADA YANG PEDULI dengan masalah kita, justru menambah luka robek dihati. Terkadang, kita malah justru melupakan satu hal yang penting. Ada yang selalu mengerti keluh kesah kita. Ialah yang mempunyai ruh dan jasad kita. Ialah yang menentukan hidup dan mati kita. Ialah Allah, ialah Allah.
       Jika kita ingin menangis, menangis saja dihadapan Allah. Menangislah di hadapan Allah dan ceritakan seluruh keluh kesah kita :'))

Senin, 29 Desember 2014

Liburan penghujung tahun 2014

Liburan? itu ialah hal yang jarang terjadi di dalam hidup ku-_-

  Tapi tahun ini berbeda. Ya spesial gitu kayak mie instan lengkap dengan cabe rawit+ sawi + kornet goreng (jadi laper malem-malem gini).
  Karena oom waktu itu nikah dan kedatangan keluarga dari Linggau, jadi itu membuat aku beserta adik-adikku serta yuk Iren untuk liburan ke Linggau. Sebenarnya dari tanggal 23 tadi kami berangkat dan tiba tanggal 24. Jadi ada satu minggu lah disini. Yah gitu lah...
  Sebenarnya sudah ada 2 tempat wisata yang sudah ana kunjungi disini:

1. Danau Aur
   
  Kayak danau Opi sih kalau di Palembang. Tapi ini danau asli. Bukan buatan kayak di Palembang. jadi ditengah-tengahnya tuh kayak ada pohon-pohon gitu. Trus disini ada rumah dari rakit yang bisa berjalan mengelilingi danau ini. Luasnya bisa menampung sekeluarga besar. Disini juga ada bebek-bebekan, tempat mancing, termasuk lumayan untuk melepas penat selama liburan ini...

2. Air Terjun Temam

  Seusai dari danau aur serta sholat dirumah kerabat terdekat, *makan siang sekitar jam 11an di atas rumah berjalan di danau tadi. Kami pun langsung ke air terjun temam. Kalo jalan turun mau ke air terjun nya tuh jadi mengingatkan curup embun di rihlah Pagaralam kemarin enak disaat turun, susah di saat naik ke atas kembali-_-, tapi tangganya sudah di semen + keramik, kalo di Pagaralam masih kayak batau-batu gitu.... Disini ada flying fox*adik saya yang naik tapi saya tidak-_-. Disini lebih rame daripada di danau tadi. Mungkin karena liburan ya..



  Beberapa hari ini sementara dihentikan dulu karena beberapa anggota keluarga lagi sakit entah kenapa terkena demam secara beruntun-_-

Lubuklinggau, 29 desember 2014 22:48 PM
Rizki Amaliah

Senin, 10 November 2014

No title #3

Ketika menginjakkan kaki pertama kali di sekolah itu saat pendaftaran hari pertama. Yang terlintas di benaknya ialah "apakah aku bisa betah sekolah disini?" "apakah aku mempunyai teman jika aku bersekolah disini?" serta banyak pertanyaan lainnya. Dengan masih menggunakan seragam batik SMP nya, jilbab yang masih asal-asalan karena ia baru pertama kali menggunakan jilbab bahan paris pada saat itu, ia bingung. Bagaimana bisa apabila ia diterima bersekolah disitu?.

Namun Allah menjawab pertanyaannya.

Ia diterima di sekolah itu. Ia speechless. Sangat speechless. Disaat teman-temannya menangis karena tidak diterima. Ia justru bingung. Benarkah ia akan benar-benar bersekolah disini?

Ia tahu bahwa kewajiban di sekolah itu ialah menggunakan jilbab bagi perempuan. Ia malah bertambah bingung. Ia belum siap untuk berjilbab. Bagaimana bisa?? Toh, dari SD sampai SMP ia belum menggunakan jilbab. Paling dalam suatu event tertentu ia menggunakan jilbab.

Namun Allah berkehendak lain.

Ia ingat sekali saat awal bulan November, ia memutuskan untuk hijrah. Ia memutuskan untuk berjilbab baik di sekolah, namun di tempat lain juga seperti pergi ke mall, ke toko buku, dll.

Hatinya juga tergerak untuk mendatangi majelis ilmu. Ia tau bahwa berjilbab itu wajib bagi perempuan, bahwa jilbab itu jangan tembus pandang. Darimana ia tahu? Tidak bukan ialah dari majelis ilmu tersebut.

Setelah 1 tahun, ia menyadari perubahan yang besar dalam hidupnya. Sungguh, Maha Baik Allah yang telah meloloskan ia di sekolah itu, Allah lah yang membolak-balikan hatinya untuk datang ke majelis ilmu tersebut. Maha Baik Allah :')



#mengingat1tahunsayahijrah:')

-Palembang, 10 November 2014 20:26 PM
Rizki Amaliah